BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ciri-ciri makhluk hidup salah
satunya adalah mampu bereproduksi sehingga menghasilkan keturunan yang akan
melestarikan jenisnya di masa depan. Setiap makhluk hidup melakukan reproduksi
dengan berbagai cara. Dapat dengan cara seksual dan cara reproduksi aseksual.
Reproduksi aseksual atau vegetatif ini kebanyakan dilakukan oleh tanaman dan
oleh beberapa hewan primitif (masih sederhana) tapi tidak termasuk manusia.
Reproduksi aseksual pada tumbuhan merupakan proses perbanyakan vegetatif dengan
meggunakan organ vegetatif. Pada bidang pertanian, perbanyakan tumbuhan atau
perbanyakan bibit tumbuhan secara besar-besaran kadang–kadang sangat
diperlukan. Namun perbanyakan tumbuhan dengan teknik konvensional seringkali
menghadapi kendala teknis, lingkungan maupun waktu. Sebagai contoh perbanyakan
tanaman dengan menggunakan biji memerlukan waktu yang relatif lama dan
seringkali hasilnya tidak seperti tanaman induknya. Kendala lain yang juga
sering muncul adalah gangguan alam, baik yang disebabkan oleh jasad hidup,
misalnya hambatan penyakit maupun cekaman lingkungan yang dapat menggangu
keberhasilan perbanyakan tanaman di lapangan. Sejalan dengan makin
berkembangnya ilmu pengetahuan terutama dibidang teknologi, kendala-kendala
tersebut dapat diatasi antara lain melalui teknik kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan metode
untuk memperbanyak sel dengan mengisolasi bagian-bagian tanaman serta
menumbuhkannya secara aseptis ( bebas hama ) di dalam sbuah media. Namun tehnik
ini belum banyak di pakai di Indonesia, padahal tehnik cukup efektif dan
steril. Tanaman bisa melakukan kultur jaringan jika memiliki sifat totipotensi,
yaitu kemampuan sel untuk beregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Kultur Jaringan
Kultur Jaringan Tanaman merupakan Penanaman jaringan
tanaman secara aseptis pada media buatan yang aseptis dan lingkungan yang
terkontrol atau teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagiantanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip
utamanya adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman, menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril. Teknik
kultur jaringan pada saat ini telah berkembang menjadi teknik perkembangbiakan
tanaman yang sangat penting pada berbagai spesies tanaman.
2. Sejarah Kultur Jaringan
Kultur
jaringan berawal dari teori totipotensi yaitu kemampuan sel untuk dapat
bergenerasi dan berkembang menjadi individu baru melalui sel , tunas dan bagian
tubuh yang lain. Bapak kultur jaringan yaitu Gottlieb Haberland dari academy of
german pada tahun1902 dengan eksperimen yang dilakukan dengan “Kultur Sel
Tunggal” pada tanaman anggrek yang di isolasi dari sel vegetative hingga
penelitian berhasil. Hingga sekarang beliau disebut sebagai Bapak Kultur
Jaringan (Father Of Plant Tissue Culture).
Sesuai
dengan SK 2 yaitu memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan dan hewan serta penerapannya dalam kanteks salingtemas.Dengan KD yaitu
mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya,
menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan.
3. Tahap
kegiatan Kultur Jaringan
Proses kegiatan Kultur Jaringan
secara umum dibagi dalam 5 tahap, yakni :
1.
Persiapan
media, alat dan bahan
2.
Sterilisasi
dan penanaman awal (inisiasi/ induksi) dari
bahan tanaman pada kondisi/ media aseptik
3.
Perangsangan
regenerasi tunas secara aktif sehingga tunas cepat berlipat (multiplikasi)
4.
Perangsangan
bagian dasar eksplan dan memacu pertumbuhan akar (perakaran)
5.
Transplanting/
pemindahan pot untuk adaptasi dari kondisi aseptik pada Screen House untuk
pengembangan akar lebih sempurna sebelum penanaman dilapangan.
4.
Teknik –
Teknik Kultur jaringan
A. Persiapan
media
Media
merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar,
gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga
bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan.
Ada
dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar.
Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat
tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan. Komposisi
media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya.
Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan
Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan
vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
Nutrien
yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media
dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS,
tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada
media (eksogen). ZPT atau hormon
tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan
keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang
diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.
Penambahan hormon tumbuhan atau zat
pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi
meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk,
tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. Proses ini dikenal
dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan
aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.
Untuk
mendapatkan hasil yang baik media kultur jaringan harus mengandung
·
Hara Makro
·
Hara Mikro
·
Karbon dan Sumber Energi
·
Vitamin
·
Asam Amino dan Sumber Nitrogen
·
Bahan Organik Komplek
·
Bahan Pemadat dan Penyangga Biakan
·
Zat Pengatur Tumbuh
B. Inisiasi
Inisiasi
adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
C.
Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau menonaktifkan spora dan
sel vegetatif mikroorganisme sampai ke tingkat yang tidak memungkinkan. segala kegiatan dalam kultur
jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan
menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan.
D. Multiplikasi
Multiplikasi adalah
kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan
ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan
gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu
kamar.
E. Pengakaran
Pengakaran adalah
fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang menandai
bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan
akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan
yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru
(disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
F. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah
kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan
dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama
penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan
hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan
barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit
dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
5. Masalah
Dalam Kultur Jaringan
Adapun
masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan
yaitu :
A.
Kontaminasi,
kontaminasi adalah gangguan yang
sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bila
dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai
konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Penomena kontaminasi sangat beragam,
keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri,
jamur,virus, dll).
Upaya
mencegah terjadinya kontaminasi :
·
Biasakan
membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur jaringan.
·
Yakinkan
bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar.
·
Lakukan
proses penanaman bahan pada keadaan anda yang nyaman dan cari waktu yang
longgar.
B.
Vitrifikasi
vitrifikasi adalah suatu istilah
problem pada kultur yang ditandai dengan:
·
Munculnya
pertumbuhan yang tidak normal.
·
Tanaman
yang dihasikan pendek- pendek atau kerdil.
·
Pertrumbuhan
batang cenderung ke arah penambahan diameter.
·
Tanaman
utuhnya menjadi sangat turgescent.
·
Pada daunnya tidak memiliki jaringan
pallisade.
Upaya mencegah terjadinya
vitrifikasi :
·
Menambahkan
pectin kedalam media.
·
Memindahkan
kultur pada suhu 4 derajat Celsius selama 15 hari.
·
Menurunkan
pH.
·
Penggunaan
senyawa anhydrous berupa CaSO4 pada desicator, penggunaan media semi padat dll.
C.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Tidak Baik
Masalah
pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja atau pertumbuhan
dan perkembangannya dalam botol saja, tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh
persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila
kegiatan prapelakuan tidak dilakukan. Prapelakuan dilakukan umumnya untuk
tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah rangka menghilangkan hambatan.
Hambatan dapat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa
bahan kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi
gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.
Upaya
mencegah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang tidak baik, Untuk
menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari bahan tanam
yang tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari
sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
D.
Lingkungan Mikro
Masalah lingkungan incubator juga
tidak bisa diabaiakan karena ini juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan
incubator sangat menentukan optimasi eksplan pertumbuhan suhu yang terlalu
rendah atau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Upaya mecegah lingkungan yang
buruk : Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda, namun
demikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan incubator suatu
ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu
ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya. Sehingga optimasi pertumbuhan tidak
bisa diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.
6. Manfaat
Kultur Jaringan
1.
Bibit
(hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yaug singkat.
2.
Sifat
identik dengan induk .
3.
Dapat
diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki.
4.
Metabolit
sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
5.
Pengadaan
bibit tidak tergantung musim.
6.
Bibit
dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat
(dari satu mata tunas yang sudah respon dalam 1tahun dapat dihasilkan minimal
10.000 planlet/bibit ).
7.
Bibit
yang dihasilkan seragam.
8.
Bibit
yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu).
9.
Biaya
pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah.
10.
Dalam
proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya.
7.
Potensi
Kultur Jaringan
Beberapa gambaran dan potensi yang
bisa dimunculkan dalam kultur jaringan diantaranya adalah :
1) Kultur
meristem, dapat menghasilkan tanaman yang bebas virus,sehingga sangat tepat
digunakan pada tanaman spesies langka yang telah terinfeksi oleh hama penyakit,
termasuk virus.
2) Kultur
anther, bisa menghasilkan genetik haploid (1n), sehingga bentuknya lebih kecil
jika dibandingkan dengan tanaman diploid (2n). Dengan demikian sangat
dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain itu dengan kultur
anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi normal
tidak akan muncul karena tertutup oleh yang dominan
3) dimungkinkan
untuk mendapatkan tanaman‘giant’ atau besar. Tekhnik ini salah satunya dengan
memberikan induksi bahan kimia yang bersifat menghambat (cholchicine)
4) Kloning,
tekhnik ini memungkinkan untuk dihasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan
seragam.
5) Mutasi,
secara alami mutasi sangat sulit terjadi. Beberapa literatur peluangnya 1 : 100
000 000. Dengan memberikan induksi tertentu melalui kultur jaringan hal
tersebut lebih mudah untuk diatur. Tanaman yang mengalami mutasi permanen
biasanya memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
6) Bank
plasma, dengan meminimalkan pertumbuhan secara ‘in-vitro’ kita bisa mengoleksi
tanaman anggrek langka tanpa harus memiliki lahan yang luas dan perawatan
intensif. Baik untuk spesies langka Indonesia maupun dari luar negeri untuk
menjaga keaslian genetis yang sangat penting dalam proses pemuliaan anggrek.
KESIMPULAN
Pada dasarnya, kultur jaringan
merupakan suatu tehnik membiakan sel atau jaringan ke dalam media kultur,
sehingga tumbuh, membelah, dan menghasilkan tumbuhan baru dengan cepat dan
memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata
tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Dalam kultur jaringan digunakan
eksplan, yaitu sel atau irisan jaringan tanaman yang akan menjadi benih tanaman
yang baru nanti setelah di kultur jaringan. Faktor eksplan yang perlu
diperhatikan adalah genotipe/varietas, umur eksplan, letak pada cabang, dan
seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi eksplan adalah
pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil, endosperm, ovari
muda, anther, embrio, dll.
Tanaman yang dimanfaatkan dalam
kultur jaringan harus memiliki sifat Autonom, dan sifat Totipotensi.
DAFTAR
PUSTAKA
Aryulina,
Diah. 2006. Buku Biologi 2 SMA. Jakarta: Esis
Manat,
Syalfinal. 2005. Buku Biologi SMA. Jakarta: Esis
http://kultur-jaringan.blogspot.com/2009/08/tahapan-tahapan-kultur
jaringan. html Diakses pada 28 oktober 2014
Widyawati,
2001.Biotechnology in Agriculture.Punjab. Agric. Res. Coordination Board
Faisalabad, Pakistan. pp. 2
Wikipedia Indonesia,
ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Diakses pada 28 oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar